Author name: Editor

Perahu Getek Kali Progo Segara

Perahu Getek Kali Progo, sebuah produk kebudayaan turun temurun dari masyarakat di bantaran Kali Progo.
Perahu jenis katamaran yang sangat sederhana ini telah dipergunakan oleh penduduk di kepulauan Indonesia, Polinesia dan Mikronesia sejak jaman dahulu kala. Kontruksi yang menggunakan 2 buah lesung sebagai lambung kapal dengan jembatan bambu yang menghubungkan keduanya, membuat jenis perahu ini mampu membawa muatan yang lebih banyak, dengan tanpa mengurangi kecepalatannya.
Teknologi pembuatan yang dikuasai, merupakan sebuah kearifan lokal dari masyarakat di bantaran Kali Progo.
Terdapat sedikit perbedaan antara perahu getek di daerah tengah dan hilir progo, kemungkinan hal ini terjadi karena adanya perbedaan arus sungai yang kemudian disikapi dengan kearifan lokal daerah tengah dan hilir progo.
Buku ini selain bertutur tentang perahu getek itu sendiri, juga bercerita tentang tempat tempat penyeberangan di wilayah hilir progo dengan masing masing komoditas yang dibawa para pedagang.
Sebuah dokumentasi tutur dari para pelaku penyeberangan,, tukang perahu dan pembuat perahu yang kini sudah semakin dilupakan.

Judul : Perahu Getek Kali Progo Segara
Penulis : Dwi Ony Raharjo
Tebal : 90 Halaman
Ukuran : 148 mm x 210 mm

Perahu Getek Kali Progo, Cerita Sejarah Kebudayaan Kali Progo


Perahu Getek Kali Progo, sebuah produk kebudayaan turun temurun dari masyarakat di bantaran Kali Progo.
Perahu jenis katamaran yang sangat sederhana ini telah dipergunakan oleh penduduk di kepulauan Indonesia, Polinesia dan Mikronesia sejak jaman dahulu kala. Kontruksi yang menggunakan 2 buah lesung sebagai lambung kapal dengan jembatan bambu yang menghubungkan keduanya, membuat jenis perahu ini mampu membawa muatan yang lebih banyak, dengan tanpa mengurangi kecepalatannya.
Teknologi pembuatan yang dikuasai, merupakan sebuah kearifan lokal dari masyarakat di bantaran Kali Progo. Material perahu yang keseluruhan mempergunakan sumber daya alam, adalah cermin manusia mampu memanfaatkan alam demi mempermudah kehidupannya.
Ritual dalam setiap proses pembutan hingga perahu berlayar serta ritual secara rutin di sungai, adalah perwujudan bahwa manusia selalu berusaha berhubungan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan, sebagai sebuah aktivitas religi sebagai manusia yang berbudaya.

Judul : Perahu Getek Kali Progo, Cerita Sejarah Kebudayaan Kali Progo
Penulis : Dwi Ony Raharjo
Tebal : 129 Halaman
Ukuran : 148 mm x 210 mm

DARI PRASASTI KE PRASASTI

Buku ini berisi pengenalan tentang Prasasti. Di awali pengertian Epigrafi, yaitu ilmu mengenai tulisan kuna yang dituliskan pada benda budaya yang berisikan angka maupun aksara. Kemudian pengertian prasasti yaitu benda budaya yang berisi tulisan atau aksara kuna. Selain itu ini juga berisi mengenai Bahan prasasti, pendokumentasian Prasasti, bahasa pada prasasti, Aksara pada prasasti, pohon prasasti, Tabel Aksara, Pengucapan Aksara Jawa Kuna, Bentuk Aksara Jawa Kuna yang lain, Sistem penanggalan pada prasasti Jawa kuna.

Judul : DARI PRASASTI KE PRASASTI
Penulis : Goenawan A. Sambodo
Editor : I Made Ardita Tata
Tebal : 50 Halaman
Ukuran : 148 mm x 210 mm

Catatan Kuno dari Susundara dan Sumwing

Sebuah buku yang berisi kumpulan prasasti yang berasal dari satu daerah, yakni Temanggung. Pengelompokan prasasti berdasarkan daerah asal ditemukannya ini menurut hemat kami akan mempermudah penelusuran tinggalan, khususnya prasasti yang ada di suatu daerah, dalam hal ini di Kabupaten Temanggung.

Judul : CATATAN KUNO DARI SUSUNDARA-SUMWING KUMPULAN PRASASTI BATU DARI TEMANGGUNG
Penulis : Goenawan A. Sambodo (Komunitas Kandang Gudel)
Editor : Andreas P. Sujito S.S.
Tebal : 97 Halaman
Ukuran : 148 mm x 210 mm

EPIGRAFI SEBAGAI GARDA DEPAN PERADABAN NUSANTARA

Buku ini merupakan hasil kumpulan tulisan dari para pemerhati epigrafi berdasar penelitian mereka yang terbaru.
Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran yang telah disampaikan oleh para anggota PAEI baik senior maupun yang sedang berproses. Manfaat yang diharapkan dengan mendokumentasikan pemikiran berupa penerbitan ini, selain memperluas wawasan pengetahuan tentang perkembangan Epigrafi Indonesia, juga bisa menjadi inspirasi dan penyemangat generasi muda, mahasiswa, peneliti untuk menekuni prasasti sebagai bahan kajiannya.


Judul : EPIGRAFI SEBAGAI GARDA DEPAN PERADABAN NUSANTARA
Editor : Dr. Ninny Susanti Tedjowasono dan Dr. Mimi Savitri, M.A.
Tebal : 152 Halaman
Ukuran : 210 mm x 297 mm

Semua berawal di sini

Perjalanan panjang akan selalu dimulai dengan satu langkah pertama. Demikian juga dengan perjalanan komunitas Taksaka yang dimulai dengan pertemuan pertama untuk berbagi pengetahuan tentang aksara dan angka Jawa kuna di ruang sudut timur museum BPK magelang, yang sekarangpun sudah tinggal kenangan

Ada yang masih tinggal, ada yang kadang masih muncul ada pula yang ……

Terbitan Baru dari Taksaka

Sebuah buku yang berisi kumpulan prasasti yang berasal dari satu daerah, yakni Temanggung. Pengelompokan prasasti berdasarkan daerah asal ditemukannya ini menurut hemat kami akan mempermudah penelusuran tinggalan, khususnya prasasti yang ada di suatu daerah, dalam hal ini di Kabupaten Temanggung.

Judul : CATATAN KUNO DARI SUSUNDARA-SUMWING KUMPULAN PRASASTI BATU DARI TEMANGGUNG
Penulis : Goenawan A. Sambodo (Komunitas Kandang Gudel)
Editor : Andreas P. Sujito S.S.
Tebal : 97 Halaman
Ukuran : 148 mm x 210 mm

Komunitas Taksaka

Komunitas Taksaka adalah sebuah komunitas berbasis sosial dan kebudayaan yang memfokuskan kepada pelestarian aksara Jawa Kuna (Kawi) yang hadir untuk memberikan pembelajaran dan pengetahuan tentang aksara Jawa Kuna (Kawi) . Taksaka sendiri merupakan kependekan dari pecinTA AKSAra Kawi. Komunitas ini berdiri pada tanggal 20 Maret tahun 2016. Kegiatannya dimulai dari hal kecil seperti pembelajaran tentang aksara dan bahasa Jawa Kuna yang diharapkan dapat menyebar luas.

Berdirinya komunitas ini dilandaskan pada keprihatinan akan semakin menghilangnya aksara jawa kuna (kawi). Berdasarkan informasi terkini, hingga kini hanya ada tidak lebih dari 100 orang yang benar-benar ahli jawa kuna di negeri ini dan malah lebih banyak para ahli dari luar negeri. Untuk itulah kami hadir dan mencoba untuk tetap melestarikan aksara jawa Kuna supaya tidak lekang diterpa perkembangan jaman karena Bahasa dan aksara adalah jembatan kebudayaan. Kebudayaan tidak akan berkembang tanpa adanya aksara dan bahasa.

Bahwasanya aksara sebagai salah satu identitas suatu bangsa dan haruslah selalu dilestarikan. Marilah generasi muda penerus bangsa, kita lestarikan salah satu peninggalan leluhur ini supaya tidak punah diterpa perkembangan jaman.

Hingga kini hanya seorang saja bangsa Indonesia yang produktif dalam menerbitkan naskah-naskah Jawa Kuna, yaitu almarhum Prof. Poerbatjaraka, yang berkecimpung dalam bidang ini kebanyakan adalah bangsa asing. Tidakkah hal itu menggugah hati kita sekalian?

Sebenarnya kita harus berkeyakinan bahwa kita yang merasa menggunakan Bahasa yang merupakan kelanjutan dari bahasa Jawa Kuna mempunyai kelebihan dari bangsa asing, terutama dalam hal “perasaan bahasa” (Zoetmulder, 1974, hlm. 62).

Sehingga kalau kita mau memberikan pengabdian kepada studi bahasa dan kesusasteraan Jawa Kuna, kita pasti memperoleh hasil yang lebih baik dari bangsa asing mana pun. Apakah kita, keturunan langsung dari mereka yang menghasilkan kesusasteraan Jawa Kuna itu, harus selalu belajar dari bangsa asing tentang warisan budaya nenek moyang kita sendiri?
(Boechari 1975)

VISI :

  • Memberikan edukasi kepada siapapun tentang Aksara dan Bahasa Jawa Kuna.
  • Menggerakkan masyarakat terutama kaum muda untuk lebih peduli terhadap salah satu peninggalan leluhur , yakni Aksara dan Bahasa Jawa Kuna.

MISI :

Membantu memfasilitasi siapapun yang tertarik melestarikan Aksara dan Bahasa Jawa Kuna untuk generasi yang berkarakter, berbudi tinggi dan berpengetahuan luas.

Scroll to Top